Senin, 30 Oktober 2017

Kebudayaan Maluku

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Budaya itu sendiri terbentuk dari banyak unsur yang cukup rumit, seperti sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sama seperti budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggap bahasa merupakan warisan yang diturunkan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masyarakat.
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Wujud kebudayaan daerah Indonesia sendiri tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan Indonesia apabila di bagi berdasarkan jenisnya, akan dilihat dari unsur : Rumah Adat, Tradisi Adat, Tarian, Lagu, Alat Musik, Pakaian Adat dan Makanan.
Salah satu kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan Maluku. Budaya Maluku adalah aspek kehidupan yang mencakup adat istiadat, kepercayaan, seni dan kebiasaan lainnya yang dijalani dan diberlakukan oleh masyarakat Maluku. Maluku merupakan sekelompok pulau yang menjadi bagian dari Nusantara. Maluku berbatasan dengan Timor di sebelah selatan, pulau Sulawesi di sebelah barat, Irian Jaya di sebelah timur dan Palau di timur laut. Ibu kota Maluku adalah Ambon yang bergelar atau memiliki julukan sebagai Ambon Manise. Jumlah penduduk provinsi ini tahun 2010 dalam hasil sensus berjumlah 1.533.506 jiwa. Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama Islam yang dianut 50,61 % penduduk Maluku dan agama Kristen (baik Protestan maupun Katolik) yang dianut 48,4 % penduduk Maluku. Maluku memiliki beragam budaya dan adat istiadat mulai dari alat musik, bahasa, tarian, hingga seni budaya.
I. Rumah Adat
Rumah Adat merupakan bangunan yang memiliki ciri khas khusus, yang digunakan sebagai tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu. Rumah Adat merupakan salah satu representasi kebudayaan yang paling tinggi dalam suatu komunitas ataupun masyarakat. Rumah adat Maluku sendiri dinamakan Baileo.
Rumah adat Baileo biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan, musyawarah dan upacara adat yang disebut Saniri Negeri. Rumah Baileo ini merupakan jenis rumah panggung. Atap Rumah Baileo berukuran besar dan tinggi yang terbuat dari daun rumbia, sedangkan dindingnya terbuat dari tangkai rumbai. Namun, pada saat ini dapat dilihat bahwa rumah Baileo menggunakan material bangunan sebagian besar berbahan dasar kayu, kokoh dengan cukup banyak ornamen, ukiran yang menghiasi seluruh bagian dari rumah tersebut.
II. Pakaian Adat
Pakaian adat adalah simbol sandang pada suatu daerah yang memiliki identitas dan diciri khas kan sebagai simbol kebudayaan suatu daerah. Pakaian adat biasanya digunakan untuk memperingati hari besar seperti kelahiran, penikahan, kematian ataupun hari-hari besar keagamaan.
Pakaian adat Maluku yang dikenal dengan nama baju cele atau kain salele adalah pakaian adat dengan nilai estetis dan filosofis tinggi. Meski sederhana dan secara penggunaan tidak serumit pakaian adat dari provinsi lain di Indonesia, pakaian adat Maluku ini dianggap mewakili karakteristik adat suku-suku di Kepulauan Maluku yang khas.
Ciri-ciri dari baju Cele ini terlihat dari motif garis-garis yang geometris/berkotak-kotak kecil. Baju cele ini biasanya dikombinasikan dengan kain sarung yang warnanya tidak terlalu jauh berbeda, harus seimbang dan serasi dan di kombinasi dengan kain yang pelekat yang disalele yaitu disarung dari luar dilapisi sampai batas lutut dan dipakai Lenso (sapu tangan yang diletakan di pundak). Pakaian ini dipakai tanpa pengalas kaki atau boleh juga pakai selop. Konde/sanggul yaitu konde bulan yang diperkuat lagi dengan tusukan konde yang disebut haspel yang terbuat dari emas atau perak. Selain itu ada juga, Baju Nona Rok. Dimana, baju tersebut terdiri dari kebaya putih tangan panjang berlengan kancing dari jenis kain Brokar halus. Pengikat pinggang terbuat dari perak yang disebut pending. Pada bagian bawah mungkin sedikit modern yakni memakai Sepatu vantovel berwarna hitam dan berkaos kaki putih. Selain itu pada pakaian perempuan mengenakan Rok yang dibuat/dijahit lipit kecil sekali dari jenis kain motif kembang kecil-kecil warna merah atau orange. Seperti halnya orang Jawa Pada, pada bagain atas perempuan menggunakan konde yang dibuat dari rambut asli atau konde palsu yang siap dipakai yaitu konde Bulan. Selain itu ada juga bagian-bagain perlengkapan konde sebagai berikut:
· Tusuk konde disebut Haspel yang dibuat dari emas atau perak.
· Kak kuping 4 buah ditusuk pada lingkaran konde bentuknya seperti kembang terbuat dari perak atau emas.
· Sisir Konde diletakan pada bagian tengah dari konde tersebut dibuat juga dari emas atau perak.
· Bunga Ron dilingkar pada konde tersebut dibuat dari bahan gabus atau Papeceda.
Sebagain besar pakaian adat hanya membuat bagian luarnya saja. Di Maluku tidak hanya membuat pakain luar, namun ada juga yang menjadi ciri khas pakaian Maluku yaitu memperhatikan pakaian dalam juga. Berikut bagian-bagian pakaian dalam seperti Cole, yaitu baju dalam atau disebut kutang yang dipakai/digunakan sebelum memakai kebaya. Ada Cole berlengan panjang tapi ada juga Cole berlengan pendek dan pada bagian atasnya diberi renda border. Cole sendiri terbuat dari kain putih, sedangkan bagian belakang dari Cole tersebut disebut belakang cole dibordir bagian belakang. Sedangkain pada bagian depan, Cole memakai kancing dan pada bagian ujung lengan diberi renda bordir. Selain itu pada golongan menengah atau orang-orang terpelajar dan keluarga goolongan pemerintahan seperti guru, pendeta. Pakaian ini disebut pakaian Nona Rok. Pakaian ini dipakai pada acara-acara penting yaitu pesta perkawianan acara kenegaraan dan lain-lain.
III. Bahasa
Bahasa yang digunakan di Provinsi Maluku adalah Bahasa Ambon, yang merupakan salah satu dari rumpun bahasa Melayu timur yang dikenal sebagai bahasa dagang atau trade language. Bahasa yang dipakai di Maluku terkhusus di Ambon sedikit banyak telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa asing, bahasa-bahasa bangsa penjelajah yang pernah mendatangi, menyambangi, bahkan menduduki dan menjajah negeri/tanah Maluku pada masa lampau. Bangsa-bangsa itu ialah bangsa Spanyol, Portugis, Arab, dan Belanda. Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia, Provinsi Maluku dan Maluku Utara menyusun sebuah big islands yang dinamai Kepulauan Maluku. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini.
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia, Provinsi Maluku dan Maluku Utara menyusun sebuah big islands yang dinamai Kepulauan Maluku. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Beberapa bahasa yang paling umum dipetuturkan di Maluku yaitu:
· Bahasa Wemale, dipakai penduduk Negeri Piru, Seruawan, Kamarian, dan Rumberu (Kabupaten Seram Bagian Barat).
· Bahasa Alune, dipakai di wilayah tiga batang air yaitu Tala, Mala, dan Malewa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat.
· Bahasa Nuaulu, dituturkan oleh suku Nuaulu di Pulau Seram Selatan yaitu antara Teluk Elpaputi dan Teluk Teluti.
· Bahasa Atiahu, dipakai oleh tiga negeri yang juga termasuk rumpun Nuaulu yakni Negeri Atiahu, Werinama, dan Batuasa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur.
· Bahasa Koa, dituturkan di wilayah pegunungan tengah Pulau Seram yaitu sekitar Manusela dan Gunung Kabauhari.
· Bahasa Seti dituturkan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Teluti Timur, merupakan bahasa dagang di Seram Bagian Timur.
· Bahasa Gorom merupakan turunan dari bahasa Seti dan dipakai oleh penduduk beretnis atau bersuku Gorom yang berdiam di kabupaten Seram Bagian Timur yang menyebar sampai Kepulauan Watubela dan Maluku Tenggara.
· Bahasa Tarangan merupakan bahasa pemersatu dan dipakai oleh penduduk wilayah Pulau Aru dengan ibu kota Kab. Dobo Maluku Tenggara.
Tiga bahasa yang hampir punah adalah Palamata dan Moksela serta Hukumina. Ratusan bahasa di atas dipersatukan oleh sebuah bahasa pengantar yang telah menjadi lingua franca sejak lama yaitu Bahasa Ambon. Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Spanyol, Portohis, Wolanda, dan Inggris) menginjakkan kakinya di Maluku, bahasa-bahasa asli Maluku tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun dan menjadi bahasa-bahasa dari keluarga atau rumpun paling barat keluarga bahasa-bahasa Pasifik/Melansia (bahasa Papua-Melanesoid)
IV. Agama
Penduduk Maluku menganut 3 agama utama yaitu Islam sebanyak 50,61%, Kristen Protestan sebanyak 41,40%, dan Katolik sebanyak 6,76% penduduk. Penyebaran agama Islam dilakukan oleh Kesultanan Iha, Saulau, Hitu, dan Hatuhaha serta pedagang Arab yang mengunjungi Maluku. Sementara penyebaran agama Kristen dilakukan oleh misionaris-misionaris dari Portugis, Spanyol, dan Belanda.
Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2013 tercatat yaitu sebagai berikut:
· Masjid sebanyak hampir 2 ribu buah
· Gereja sebanyak 2.345 buah
· Pura sebanyak 10 buah
· Vihara sebanyak 5 buah.
Gereja Protestan Maluku atau biasa dikenal sebagai GPM merupakan organisasi sinode dan pertubuhan gereja terbesar yang ada di Maluku, yang memiliki jemaat gereja di hampir seluruh negeri Sarane di seluruh Maluku.




V. Tradisi Adat
1. Budaya Hawear
Hawear (Sasi) adalah budaya yang tumbuh dan berlaku dalam kehidupan masyarakat Kepulauan Kei secara turun menurun. Cerita rakyat, lagu rakyat, dan berbagai dokumen tertulis merupakan prasarana untuk melestarikan kekayaan budaya termasuk Hawear. Sejarah Hawear bermula dari seorang gadis yang diberikan daun kelapa kuning (janur kuning) oleh ayahnya. Kemudian janur kuning itu disisipkan atau diikat di kain seloi yang dipakainya. Gadis tersebut melakukan perjalanan panjang untuk menemui seorang raja (Raja Ahar Danar). Maksud dari janur kuning tersebut sebagai tanda bahwa ia telah dimiliki oleh seseorang, dimaksudkan agar ia tidak diganggu oleh siapapun selama perjalanan. Janur kuning tersebut diberikan oleh sang ayah, karena sang ayah pernah diganggu oleh orang-orang tak dikenal dalam perjalanannya. Hal ini adalah proses Hawear yang masih dijalankan sesuai dengan maknanya hingga saat ini.
2. Batu Pamali
Batu Pamali adalah simbol material adat masyarakat Maluku. Selain Baileo, rumah tua, dan teung soa, batu Pamali juga termasuk mikrosmos dalam negeri-negeri yang ditempati masyarakat adat Maluku. Batu Pamali merupakan batu alas atau batu dasar berdirinya sebuah negeri adat yang selalu diletakkan di samping rumah Baileo, sekaligus sebagai representasi kehadiran leluhur (Tete Nene Moyang) di dalam kehidupan masyarakat. Batu Pamali sebagai bentuk penyatuan soa-soa dalam negeri adat, dengan demikian batu Pamali adalah milik bersama setiap soa. Di beberapa negeri adat Maluku, batu Pamali dimiliki secara kolektif, termasuk negeri adat yang masyarakatnya memeluk agama yang berbeda. Seiring dengan perkembangan agama di masyarakat, terjadi pergeseran praktik ritus dan keberadaan batu Pamali. Dengan adanya UU No. tahun 1979, adat asli negeri-negeri diganti dengan penyeragaman sistem pemerintahan desa.

3. Upacara Fangnea Kidabela
Kepulauan Tanimbar yang sekarang menjadi Kabupaten Maluku Tenggara Barat, memiliki kebudayaan yang mengatur persaudaraan dan kehidupan sosial masyarakat dalam bentuk Duan Lolat dan Kidabela. Duan Lolat mengatur tentang hubungan sosial masyarakat yang luas, yaitu memperkuat hubungan antardua desa atau lebih, dan hubungan tersebut diwujudkan dalam bentuk Kidabela. Upacara Fangnea Kidabela memperkokoh hubungan sosial masyarakat Tanimbar dalam wadah persaudaraan dan persekutuan agar tidak mudah pecah atau retak.
Upacara Fangnea Kidabela mengandung makna persatuan dan kesatuan hidup masyarakat Tanimbar baik internal maupun eksternal dalam setiap situasi. Upacara Fangnea Kidabela juga mengandung makna sebagai pemanasan, pengerasan, dan pemantapan (fangnea) terhadap persahabatan, persaudaraan (itawatan) dan keakraban (kidabela) di antara sesama sebagai suatu persekutuan wilayah teritorial Kampung Sulung di pulau Enus yang terletak di Selaru bagian selatan pulau Yamdena. Makna upacara Frangnea Kidabela sama dengan upacara Panas Pela di Ambon, Lease, dan Maluku Tengah. Upacara ini menciptakan suasana hidup bermasyarakat yang kokoh dan kuat untuk mencegah fenomena konflik dan perpecahan terhadap hubungan masyarakat.
4. Budaya Arumbae
Arumbae adalah bentukan karakter masyarakat Maluku, baik yang tinggal di pesisir maupun di pegunungan. Arumbae adalah kebudayaan berlayar dalam masyarakat Maluku. Perjuangan melintasi lautan merupakan bagian dari terbentuknya suatu masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat Tanimbar - dalam mitos Barsaidi meyakini bahwa leluhur mereka tiba di pulau Yamdena setelah melewati perjuangan yang sulit di lautan. Perjuangan melintasi lautan merupakan sejarah keluhuran. Kedatangan para leluhur dari pulau Seram, pulau Jawa (seperti Tuban dan Gresik) dan pulau Bali menjadi bagian dari cerita keluhuran masyarakat di Maluku Tengah, Buru, Ambon, Lease, dan Maluku Tenggara. Ragam cerita inilah yang membentuk terjadinya persekutuan Pela Gandong antar negeri. Dalam pataka daerah Maluku, Arumbae menjadi simbol daerah yang di dalamnya terdapat lima orang sedang mendayung menghadapi tantangan lautan. Secara filosofis, maknanya ialah masyarakat Maluku adalah masyarakat yang dinamis, dan penuh daya juang dalam menghadapi tantangan untuk menyongsong masa depan yang gemilang.
5. Sasahil dan Nekora
Sasahil dan Nekora merupakan tradisi masyarakat adat di Negeri Siri Sori Islam dan Negeri Siri Sori Kristen di pulau Saparua. Bagi masyarakat desa Telalora, Nekora memiliki basis nilai tolong-menolong antarwarga. Nilai tradisi Sasahil dan Nekora terletak pada cara dan proses pelaksanaan. Nilai tolong-menolong yang terdapat dalam tradisi Sasahil maupun Nekora memiliki basis solidaritas yang kuat, dan menciptakan relasi saling memberi dan menerima antarwarga agar suatu pekerjaan berat untuk mendirikan rumah bisa lebih ringan. Dalam menghadapi dinamika kehidupan yang terus berubah, tradisi Sasahil dan Nekora selalu dipertahankan dan dipelihara dengan baik. Hal ini dimaksudkan sebagai modal sosial kelangsungan hidup bermasyarakat di masa mendatang.
VI. Tarian
Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Tarian asal Maluku sendiri diketahui sangat banyak dan beragam, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tarian Bambu Gila
Atraksi Bambu Gila, sebuah permainan rakyat yang berasal dari Maluku. Permainan ini melibatkan kekuatan supranatural untuk menjalankannya, walaupun tidak diperlukan ritual tertentu. Sebatang bambu dipegang oleh beberapa orang, lalu oleh seorang dukun bambu ini diberi mantera. Lama-kelamaan bambu ini terasa berat hingga orang-orang yang memegangnya berjatuhan ke tanah. Tidak hanya berat, bambu ini bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan musik. Pelaksanaannya biasanya diiringi dengan musik perkusi.
2. Tari Lenso
Tari Lenso adalah salah satu tarian tradisional dari daerah Maluku. Tarian ini merupakan tarian yang dibawakan oleh para penari wanita dengan menggunakan sapu tangan atau selendang sebagai ciri khas dan atribut menarinya. Tari Lenso merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Maluku dan sering ditampilkan di berbagai acara yang bersifat adat, hiburan, maupun pertunjukan seni budaya.

3. Tari Cakalele
Cakalele adalah tarian perang tradisional Maluku yang digunakan untuk menyambut tamu ataupun dalam perayaan adat. Biasanya, tarian ini dibawakan oleh 30 pria dan wanita. Tarian ini dilakukan secara berpasangan dengan iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup).
Para penari pria biasanya mengenakan parang dan salawaku (perisai) sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan). Penari pria mengenakan kostum yang didominasi warna merah dan kuning, serta memakai penutup kepala aluminum yang disisipi dengan bulu putih. Kostum celana merah pada penari pria melambangkan kepahlawanan, keberanian, dan patriotisme rakyat Maluku. Pedang atau parang pada tangan kanan penari melambangkan martabat penduduk Maluku yang harus dijaga sampai mati, sedangkan perisai dan teriakan keras para penari melambangkan gerakan protes melawan sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak pada rakyat. Sumber lain menyatakan bahwa tarian ini merupakan penghormatan atas nenek moyang bangsa Maluku yang merupakan pelaut. Sebelum mengarungi lautan untuk membajak pesawat, nenek moyang mereka mengadakan pesta dengan makan, minum, dan berdansa. Saat tari Cakalele ditampilkan, terkadang arwah nenek moyang dapat memasuki penari dan kehadiran arwah tersebut dapat dirasakan oleh penduduk asli.
4. Tari Saureka
Tari Saureka Reka adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian pergaulan yang berasal dari Maluku. Tarian ini biasa dilakukan oleh para muda-mudi, dimana para laki-laki memainkan gaba-gaba dan para perempuan menari dan menghindari gaba-gaba tersebut. Gaba-gaba sendiri merupakan bilah pohon sagu yang digunakan sebagai properti menari dan sekaligus menjadi musik pengiring tarian ini. Tari Saureka Reka merupakan salah satu kesenian dan permainan tradisional yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Maluku dan sering ditampilkan di berbagai acara adat maupun hiburan.
5. Tari Katreji
Tari Katreji adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Maluku. Tarian ini biasanya dilakukan secara berpasangan antara penari pria dan penari wanita. Tari Katreji merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Maluku. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara adat maupun hiburan seperti penyambutan tamu penting, pernikahan adat, perayaan hari besar, dan lain-lain.

VII. Lagu Daerah
Lagu daerah atau musik daerah atau lagu kedaerahan, adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Pada umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi alias noname. Lagu daerah asal Maluku diantaranya :
1. Ambon Manise
2. Ayo Mama
3. Buka Pintu
4. Burung Kakatua
5. Burung Tantina
6. Goro Goro Ne
7. Gunung Salahutu
8. Hela Rotan
9. Huhatee
10. Kole-Kole
11. Lembe-lembe
12. Mande-mande
13. Naik-Naik Ke Puncak Gunung
14. Nona Manis Siapa Yang Punya
15. O Ulate


16. Ole Sioh
17. Rasa Sayange
18. Sarinande
19. Saule
20. Sayang Kene
21. Siwalima Arika
22. Sudah Berlayar
23. Tanase
24. Toki Tifa
25. Waktu Hujan Sore-sore
26.
VIII. Alat Musik
Identitas musik Indonesia mulai terbentuk ketika budaya Zaman Perunggu bermigrasi ke Nusantara pada abad ketiga dan kedua Sebelum Masehi. Musik-musik suku tradisional Indonesia umumnya menggunakan instrumen perkusi, terutama gendang dan gong. Beberapa berkembang menjadi musik yang rumit dan berbeda-beda, seperti alat musik petik sasando dari Pulau Rote, angklung dari Jawa Barat, dan musik orkestra gamelan yang kompleks dari Jawa dan Bali. Alat music khas Maluku diantaranya :
1. Tifa
Tifa adalah alat musik tradisional Maluku yang juga dikenal di Papua dengan nama yang sama. Bentuknya seperti gendang panjang menghasilkan suara ritmis saat dimainkan. Tifa termasuk alat musik perkusi yang dimainkan pada saat pesta sebagai pengiring tari-tarian. Tifa terbuat dari kayu dengan ujung semakin meruncing. Karena bentuknya ini, instrumen ini menghasilkan suara ketipung yang nyaring. Ditambang dengan membran dari kulit kambing, tifa menjadi wajib untuk selalu ada sebagai pengiring. Yang membedakan tifa Maluku dan tifa Papua terletak pada bentuk ukirannya. Tifa Maluku biasanya polos tanpa ukiran, sementara tifa Papua sarat dengan hiasan etnik.
2. Korno
Selanjutnya adalah Tahuri yang dalam Budaya Papua juga disebut dengan nama Fu. Instrumen tiup yang terbuat dari keran ini menghasilkan bunyi yang sangat nyaring. Biasanya ia dimainkan saat memulai suatu lomba atau acara. Dahulu Tahuri juga digunakan masyarakat pesisir sebagai alat komunikasi antar orang perorangan atau antara raja dengan rakyat. Beberapa masyarakat pesisir di Kepulauan Maluku juga menyebutnya dengan nama Korno.

3. Arababu
Arbabu adalah rebab tradisional khas Maluku yang terbuat dari bahan-bahan alam yang sangat sederhana. Instrumen ini sama seperti rebab pada umumnya, yaitu digesek menggunakan alat khusus. Arbabu dibuat dari tempurung kelapa, kulit hewan, kayu, sementara dawainya dibuat dari serat pohon pisang.







4. Totobuang
Totobuang dalam bahasa Indonesia berarti tetabuhan. Alat musik tradisional Maluku ini berupa sebuah gong kecil yang terbuat dari logam kuningan. Ada 12-14 gong dalam totobuang dengan ukuran berbeda, masing-masing menghasilkan nada-nada melodis saat dipukul menggunakan kayu. Totobuang jarang dimainkan secara tunggal. Ia biasanya mengiringi bunyi-bunyian dari alat musik lain seperti tifa atau arababu.
IX. Senjata Tradisional
Parang Salawaku terdiri dari Parang (pisau panjang) dan Salawaku (perisai) yang pada masa lalu adalah senjata yang digunakan untuk berperang. Di lambang pemerintah kota Ambon, dapat dijumpai pula Parang Salawaku. Bagi masyarakat Maluku, Parang dan Salawaku adalah simbol kemerdekan rakyat. Senjata ini dapat disaksikan pada saat menari CakaleleParang dibuat dari besi yang ditempa dengan ukuran bervariasi, biasanya antara 90-100 cm. Pegangan parang terbuat darikayu besi atau kayu gapusa. Sementara itu, salawaku dibuat dari kayu keras yang dihiasi kulit kerang .
X. Makanan
Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya nasional Indonesia secara umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan bumbu berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan dan tradisi-adat yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.
Di Maluku sendiri, makanan pokok yang dibiasanya dikonsumsi oleh masyarakat Maluku adalah sagu dan singkong. Sedangkan untuk lauk, masyarakat Maluku terbiasa mengkonsumsi ikan laut. Terdapat beberapa masakan khas daerah Maluku yang unik dan mempunyai rasa yang tak kalah enak dengan masakan lainnya, diantaranya :
1. Papeda
Papeda merupakan makanan khas Maluku dan khas Papua. Papeda terbuat dari sagu yang yang telah rendam dengan air dan diseduh dengan air panas. Papeda merupakan bubur sagu khas Maluku. Papeda berwarna putih bening dan teksturnya agak lengket mirip lem dengan rasa yang tawar. Dalam memakan papeda, masyarakat Maluku menyajikannya dengan ikan kuah kuning ataupun ikan kuah bening. Papeda sendiri merupakan makanan yang mengandung banyak nutrisi dan merupakan makanan kaya akan serat dan rendah kolestrol.




2. Ikan Kuah Kuning
Ikan kuah kuning merupakan salah satu makanan khas Maluku. Dimana ikan ini terbuat dari ikan tongkol, ikan es laut ataupun ikan laut lainnya. Mungkin ikan kuah kuning ini juga biasanya dikonsumsi oleh masyarakat lain selain Maluku. Namun, ikan kuah kuning menjadi ciri khas makanan Maluku, dikarenakan ikan ini disajikan sebagai kuah dari makanan khas Maluku papeda.

3. Ikan Asar
Ikan Asar merupakan salah satu jenis ikan yang hanya ada di Maluku. Ikan ini biasanya dijadikan oleh-oleh untuk para wisatan yang akan balik ke daerahnya masing-masing. Ikan asar ini biasnaya menggunakan ikan Tongkol sebagai bahan utamanya, yang kemudian akan di asapkan selama sehari ataupun beberapa jam tergantung waktu yang dibutuhkan. Ikan ini biasanya dikonsumsi dengan sambal colo-colo.
4. Sambal colo-colo
Sambal colo-colo merupakan salah satu jenis sambal khas Maluku. Dimana sambal ini terbuat dari beberapa bahan mentah yang dicampurkan menjadi satu dengan air jeruk dan sedikit kecap. Bahan mentahnya seperti, bawang merah, cabe rawit, tomat, dan jeruk nipis. Sambal colo-colo ini menjadi teman yang baik untuk disantap saat memakan ikan bakar ataupun ikan asar.









5. Halua Kenari
Halua kenari merupakan salah satu oleh-oleh khas Maluku. Bentuknya yang seperti permen, menjadikan halua kenari sebagai cemilan manis khas Maluku.






6. Sagu Tumbu
Sagu tumbu merupakan salah satu jajanan dan oleh-oleh khas daerah Maluku. Sagu tumbu terbuat dari sagu yang telah dihaluskan dan dicampurkan dengan gula merah cair kemudian dibentuk memanjang. Sagu tumbu mempunyai rasa yang manis dan teksturnya seperti memakan sagu halus lainnya.



7. Rujak
Rujak merupakan salah satu jajanan favorit yang wajib di nikmati saat berlibur ke Maluku. Rujak ini biasanya dijual di kisaran pantai di Maluku. Seperti rujak lainnya, rujak ini terbuat dari berbagai macam buah-buah yang kemudian di jadikan satu dengan bumbu kacang.






8. Bagea
Bagea merupakan salah satu jajanan dan oleh-oleh khas Maluku dan Maluku Utara. Bagea di Maluku yang terkenal merupakan Bagea Kenari.






Sumber :
· All Photos credits to owner (Pictures get from google)
· https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya · https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia · https://id.wikipedia.org/wiki/Maluku · https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Maluku · https://id.wikipedia.org/wiki/Bambu_Gila · http://www.negerikuindonesia.com/2015/11/tari-katreji-tarian-tradisional-dari.html
· http://www.negerikuindonesia.com/2015/11/tari-lenso-tarian-tradisional-dari.html
· http://www.negerikuindonesia.com/2015/11/tari-saureka-reka-tarian-tradisional.html
· http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/04/kebudayaan-maluku.html
· https://id.wikipedia.org/wiki/Cakalele · https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_lagu_daerah_Indonesia · http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1092/pakaian-adat-maluku · https://aslanpress.wordpress.com/2016/01/05/makalah-kebudayaan-maluku/ · http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/08/alat-musik-tradisional-maluku.html
7 Alat Musik Tradisional Maluku, Gambar, dan Penjelasannya | Adat Tradisional
7 Alat Musik Tradisional Maluku, Gambar, dan Penjelasannya | Adat Tradisional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar